Ila Abdulrahman - Aidil Akbar Madjid & Partners
Lebaran dan liburan telah usai, THR telah habis sesuai dengan pos dan porsinya. Ada yg habis untuk lebaran semua, dan ternyata ada yang "njagakne"alias mengandalkan THR utk biaya sekolah. Semua sah-sah saja. Namun sebenarnya tepatkah menjadikan THR sebagai sumber biaya pendidikan?
Menjadikan THR sebagai sumber biaya pendidikan tentu boleh-boleh saja, yang perlu menjadi perhatian adalah, sesuaikah jumlahnya dengan kebutuhan biaya sekolah? Menjadi masalah lagi, jika THR adalah satu-satunya sumber. Ketika tidak cukup maka, banyak yang mengandalkan pada "utang" atau "pinjaman" dari pinjaman lunak, hingga pinjaman dengan agunan sk, sertifikat asset dan pinjaman tanpa agunan, yang bunganya bisa dibilang "wow".
Menurut Aidil Akbar Madjid, pakar perencanaan keuangan, kebutuhan biaya yang paling besar adalah biaya pendidikan dan biaya pensiun, sehingga harus dibentuk sejak jauh-jauh hari, atau setidaknya sejak sekarang.
"Kebutuhan biaya pendidikan, seharusnya diambil dari dana investasi pendidikan, bukan cash flow". Alurnya : cash flow - investasi dana pendidikan -biaya pendidikan. Namun faktanya banyak yang salah atau kurang tepat dalam merencanakan biaya pendidikan.
Berikut beberapa kesalahan dalam merencanakan dana pendidikan.
TIDAK MERENCANAKAN SAMA SEKALI
Kesalahan ini adalah kesalahan paling fatal, karena pada akhirnya membebankan biaya pendidikan dari cash flow (gaji) bulanan. Padahal biaya pendidikan relatif sangat besar yang lumayan berat jika hanya dipenuhi dengan cash flow bulanan tanpa berinvestasi. Mengapa terjadi? Sebagian ada yang berpendapat, “ahh sudahlah ngalir saja, rejeki udah ada yang mengatur”.
Misalnya saja, biaya kuliah saja 18 tahun yang akan datang, dengan kenaikan biaya pendidikan sebesar 15% (data BPS), akan menjadi sekitar Rp 2-6 milyar.
TERLAMBAT MERENCANAKAN
Kesalahan kedua adalah terlambat merencanakan. Hal ini terjadi bukan karena orang tua tidak menyadari pentingnya merencanakan dana pendidikan, namun menganggap ringan, enteng alias tidak menempatkan perencanaan pendidikan dalam skala prioritas, dan menjadikannya prioritas ke sekian, dikalahkan oleh kebutuhan lain, seperti mobil baru, rumah baru, dll. Sehingga ketika anak sudah mulai sekolah baru merasa butuh biaya relatif besar.
Selain karena faktor menunda, juga karena faktor tertunda akibat adanya beban utang konsumtif, yang harus disegerakan untuk dibayar.
MENGABAIKAN KENAIKAN BAYA PENDIDIKAN
Kesalahan ketiga orang tua dalam menyiapkan dana pendidikan adalah tidak memperhatikan faktor kenaikan, sehingga mengalokasikan tabungan investasi pendidikan dengan angka yang asal. Hal ini terjadi karena para orang tua kesulitan melakukan perhitungan angka investasi yang harus dilakukan dengan inflasi pendidikan. Belum lagi jika inflasi di setiap jenjang sekolah yang di tuju berbeda-beda, maka membutuhkan perhitungan yang komplek. Apalagi jika berencana menyekolahkan buah hati di luar negeri. Dalam hal ini sebenarnya para orang tua dapat menggunakan jasa seorang perencana keuangan untuk membantu.
Untuk diketahui bahwa kenaikan atau inflasi biaya pendidikan di indoneisa berkisar antara 10%-20% (BPS).
MENGABAIKAN STRATEGI INVESTASI
Kesalahan keempat adalah mengabaikan Strategi investasi, yang dipengaruhi oleh faktor jangka waktu investasi maupun profil resiko, sehingga investasi ditempatkan pada satu instrumen yang sama. Akibatnya, ketika jatuh tempo pembayaran, dana investasi yang tersedia dibawah jumlah minimal yang dibutuhkan.
Misalkan jika anak Anda saat ini masih berusia 0 tahun, maka setidaknya ada 5 tahapan waktu yang harus diperhatikan:
1. Masuk Pra Sekolah ( Play Group dan TK) sekitar 3 tahun dari sekarang. Menggunakan strategi investasi tujuan jangka pendek atau menengah.
2. Masuk SD sekitar 6 tahun dari sekarang. Menggunakan strategi investasi tujuan jangka menengah atau panjang.
3. Masuk SMP sekitar 12 tahun dari sekarang. Menggunakan strategi investasi tujuan jangka panjang.
4. Masuk SMA sekitar 15 tahun dari sekarang. Menggunakan strategi investasi tujuan jangka panjang.
5. Masuk Kuliah S1 sekitar 18 tahun dari sekarang. Menggunakan strategi investasi tujuan jangka panjang.
Instrumen investasi untuk jangka pendek, akan berbeda dengan jangka menengah , juga akan berbeda untuk jangka panjang. Misalkan untuk biaya masuk Kuliah Anda menempatkan investasi pada instrumen deposito, sehingga sudah tentu, hasil akhirnya jauh dari yang dibutuhkan.
SALAH BELI PRODUK
Kesalahan kelima adalah salah produk. Hal ini terjadi karena masih minimnya literasi keuangan, sehingga pengetahuan akan instrumen investasi itu-itu saja.
Misalkan seharusnya berinvestasi malah berasuransi, seharusnya menempatkan dananya pada produk investasi namun malah membeli asuransi, apapun namanya asuransi adalah proteksi bukan investasi.
BERINVESTASI JAUH DIBAWAH ANGKA SEHARUSNYA
Kesalahan keenam adalah berinvestasi jauh dibawah angka yang dibutuhkan, karena tidak mengetahui atau kesulitan menghitung angka seharusnya, anda dapat menggunakan jasa perencana keuangan. Misalkan untuk kebutuhan dana pendidikan seharusnya berinvestasi total sebesar Rp 4 juta per bulan dengan tujuan sekolah-sekolah bertaraf Nasional, namun hanya berinvestasi sebesar Rp 1-2 jutaan per bulan.
Yang terjadi kemudian adalah hasil akhir yang sama dengan kasus sebelumnya yaitu jauh dari angka seharusnya yang dibutuhan. Dampaknya anak akan masuk sekolah di sekolah yang biasa sesuai dengan ketersediaan, atau menombok kekurangan dengan menggali lobang utang.
TIDAK MENGCOVERNYA DENGAN DANA DARURAT ATAU ASURANSI
Kesalahan berikutnya adalah tidak menyiapkan dana darurat sesuai jumlah kebutuhan dana pendidikan, baik menyiapkan sendiri melalui dana darurat, atau menggunakan jasa pengelola pihak ketiga yaitu perusahaan asuransi (syariah) bagi yang setuju konsep asuransi.
Hal ini berakibat pada dicairkannya dana pendidikan untuk kebutuhan lain, ketika terjadi resiko pada pencari nafkah utama, seperti kematian dan cacat tetap total. Akibat lain adalah tidak terpenuhinya kebutuhan biaya pendidikan, sehingga rencana sekolah bergeser ke.standard dibawahnya menyeauaikan dengan ketersedian dana.
Berapa dana darurat atau atau proteksi asuransi yang harus disediakan? Silakan baca di artikel penulis sebelum-sebelumnya.
TIDAK DISIPLIN
Kesalahan terakhir adalah, ketika Anda sudah membuat rencana keuangan semua berakhir hanya menjadi rencana, karena Anda tidak disiplin. Ingat, sekali saja Anda toleran untuk tidak disiplin dalam berinvestasi, maka jangan heran Jika Anda juga akan toleran terhadap ketidakdisiplinan yang lain, sehingga keuangan bahkan kehidupan Anda akan berantakan.
Kunci keberhasilan sebuah rencana keuangan tergantung salah satunya dari disiplin, baik jumlah maupun waktu, misal jika sudah dihitung anda harus berinvestasi Rp 4 juta perbulan tanggal 5 setiap bulannya, maka lakukan. Menggeser tanggal atau mengurangi jumlah akan berpengaruh kepada hasil akhir. Agar disiplin dalam berinvestasi, bisa disiasati dengan melakukan auto invest.
Nah, Anda pastinya bukan termasuk orang tua atau calon orang tua yang abai terhadap hal-hal diatas, karena rajin membaca artikel-artikel kami. Ya kan ????
Jika artikel kami dirasa kurang jelas, bikin bingung, gampang, silakan Follow akun sosmed kami untuk update seputar tips-tips perencanaan keuangan, juga berkonsultasi dan mendapat free financial check up di @ilaabdulrahman dan @shilafinancial, lalu setelah follow klik link berikut https://goo.gl/kB1M4S untuk berkonsultasi.
Semoga bermanfaat dan salam finansial !
Artikel telah tayang di detik finance, dalam 3 seri.