Skip to main content

6 CIRI HIDUP MAPAN, KAMU TERMASUK NGGAK ?



Hidup mapan adalah dambaan dan kewajiban setiap orang. Karena kita diberi Allah kekayaan dan kecukupan, bukan kekayaan dan kemiskinan. Jadi siapa yang menjadikan kita miskin, adalah diri kita sendiri, akibat tidak merencanakan keuangan dengan baik, sehingga timpang dan tidak proporsional dalam membagi pos-pos keuangan. Beberapa contohnya karena tidak mengeluarkan hak Allah, pelit dalam berinfak sedekah, boros, dan banyak mengeluarkan harta secara sia-sia. Rejeki memang Allah yang memberi, namun manusialah yang seharusnya pandai mengatur agar cukup untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan baik di dunia dan akherat kelak, sehingga kemapanan dapat dicapai.

Aidil Akbar Madjid dalam kata-kata mutiaranya menulis, jika hidupmu mapan, maka wajahmu (yang tak tampan) akan termaafkan.Sepakat, karena setelah mapan, ketampanan itu bisa diusahakan. So, jika hidupmu mapan, pasangan rupawanpun bukan sekedar impian. Ya kan?

Banyak orang mengasosiasikan hidup mapan dengan aset yang dimiliki dan dibangga-banggakan. Padahal banyak sekali orang yang berkucukupan justru tidak ingin menunjukkan harta mereka.

Apa saja ciri hidup sesorang atau keluarga yang sudah mapan?

1. TERPENUHI KEBUTUHAN SANDANG, PANGAN DAN PAPAN
Ciri pokok kehidupan seseorang mapan adalah ketika kebutuhan sandang, pangan, tempat tinggal terpenuhi. Ia tidak harus berpikir besok makan apa, makan dimana atau makan sama siapa. Juga tak pusing akan tinggal dimana, semua terbudget dengan baik dan disiplin.

2. DERMAWAN
Orang yang telah mencapai kemapanan, konstan atau istiqomah dalam bersosial, tanpa terpengaruh kondisi finansial, baik dalam berzakat (dalam agama islam), berinfaq maupun bersedekah dan bentuk kedermawanan lainnya, baik yang bersifat kewajiban ataupun tidak. Sedangkan dalam agama lain, bisa dalam bentuk perpuluhan ataupun derma.

Orang yang mapan, menempatkan kewajiban terhadap Tuhan, sebagai prioritas pertama dalam cash flow, sebelum pengeluaran-pengeluaran lainnya.

Berapa besarannya? Setidaknya bagi yang beragama islam, sebesar 2,5% dari pendapatan yang telah mencapai nisab,rutin dikeluarkan zakatnya, dan ditambah sebagai porsi sedekah maupun infaq. Bagiaman jika penghasilan belum mencapai nisab? Tetap keluarkan sebagai latihan berzakat, infaq dan sedekah.

3. BEBAS DARI JERAT UTANG

Hidup mapan ditandai dengan terbebas dari jeratan utang. Jikapun ada utang, hanya utang yang bersifat produktif, tidak ada utang konsumtif.

Utang konsumtif, adalah utang yang sifatnya buruk, ia tidak ada asetnya, atau ada asetnya namun nilainya menurun dan tidak menunjang produktifitas. Contoh utang konsumtif ini, kredit panci (emang masih ada ya kredit panci), kredit perlengkapan dapur padahal bukan rumah catering, KTA, KPM, tarik tunai Kartu kredit, dll.

Utang konsumtif menghambat pencapain kemapanan finansial. Orang yang masih berkutat dengan utang konsumtif, jangankan investasi untuk pencapaian tujuan keuangan, dana daruratpun tak punya.
Utang produktif adalah utang yang ada assetnya dan jangka panjang nilai asset tersebut meningkat dan di akhir pembayaran, melebihi jumlah utang yang harus dibayarkan, seperti Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) atau Kredit Kepemilikan Apartemen (KPA).

Ataupun tidak ada assetnya namun menunjang produktifitas, seperti komputer untuk bekerja bagi seorang programer, kamera bagi fotografer, dsb.

Besaran maksimal cicilan utang produktif ini dalam kisaran 30 persen dari penghasilan per bulan. Nah, cek coba, cicilan kalian, memakan berapa persen dari gaji?

4. SANTAI KETIKA TERJADI KRISIS

Krisis disini seperti PHK, sakit dan kejadian mendadak lainnya seperti meninggalkan keluarganya untuk selamanya. Orang yang mapan, menjalani hidupnya dengan penuh ketenangan, karena telah mempersiapkan diri untuk menghadapi kejadian-kejadian diatas, sehingga fokus pada hal lain yang membutuhkan effort dan perhatiannya baik untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain.

Persiapan itu dipenuhi dengan memiliki dana darurat dan atau asuransi dengan jumlah yang ideal. Dana darurat adalah dana yang harus tersedia, likuid, cepat dan mudah di akses. Besaran ideal dana darurat yang disiapkan sesuai dengan pengeluaran dan jumlah tanggungan. Biasanya secara umum untuk jomblo tanpa tanggungan 3 kali pengeluaran, menikah belum memiliki anak 4 kali pengeluaran, dst. Dana ini dimiliki untuk menghindari jalan pintas berutang ketika terjadi kondisi darurat. Karena biasanya orang-orang yang belum mapan, akan menghadapi kondisi darurat dengan cara utang, dan akhirnya menghambat pengumpulan aset, karena menggali lubang utang konsumtif.

Selain dana darurat, orang yang sudah mapan, memiiliki asuransi pendapatan dengan Uang Pertanggungan (UP) dihitung berdasarkan jumlah tanggungan dan rencana keuangan (metode faraidh), atau secara konvensional berdasarkan pendapatan per bulan atau bisa juga dengan sisa usia pensiun, selain dengan metode sustainable life value.

Selain asuransi pendapatan atau yang lebih sering disebut dengan asuransi jiwa, orang yang mapan juga melindungi diri dan asetnya dengan asuransi kerugian, baik asuransi kesehatan, kebakaraan, kehilangan, dsb. Proteksi ini sudah menjadi bagian dari gaya hidup. Bagi yang menolak asuransi seperti beberapa klien penulis, mereka memapankan hidupnya dengan menjalankan rekomendasi alternatif, yaitu menambah jumlah dana darurat sebagai pengganti uang pertanggungan asuransi. Besar dong jumlah dana daruratnya? Sudah tentu. Namun besar kecil adalah angka relatif, besar untuk si A bisa jadi kecil untuk si B, tergantung kondisi keuangan masing-masing.

5. PEDULI AKAN MASA DEPAN DAN CUEK TERHADAP YANG DIPAKAI ORANG LAIN

Salah satu ciri keuangan bermasalah adalah, gelisah dengan yang dipakai orang lain. Orang yang hidupnya mapan, cenderung cuek dengan yang dipakai oleh kanan kirinya, mau tetangganya beli mobil baru, travelling tiap tahun, dia akan santai, karena sudah memiliki rencana keuangan yang telah tersusun secara komprehensif dan diimbangi dengan berinvestasi untuk meraihnya.

Investasi dilakukan sebagai salah satu cara untuk memberdayakan kekayaan yang ada agar mencari teman-temannya, dalam kata lain, biarkan uang yang bekerja. Kaum mapan ini berinvestasi hampir di semua instrumen keuangan sesuai strategi, profil risiko dan tujuan keuangan, jangka pendek, menengah dan jangka panjang, mulai dari deposito, reksa dana maupun pasar modal yang lainnya.

Setidaknya mereka memiliki investasi untuk pensiun, pendidikan anak, haji atau perjalanan rohani, pernikahan anak, pernikahan pribadi bagi yang masih lajang, juga investasi wakaf untuk tujuan ukhrawi kelak.

6. TENANG DALAM MENJALANI HIDUP

Dan akhirnya orang yang mapan, menjalani hidupnya dengan penuh ketenangan, karena semua kebutuhan dan keinginan hidup telah direncankan dengan baik. Kaum mapan ini mensyukuri rejeki yang telah Tuhan berikan dengan mengaturnya, agar dapat bermanfaat baik saat ini atau besok, saat lapang maupun sempit, saat di dunia ini ataupun diakherat kelak.

Nah, pastinya kamu sudah merancang kemapanan hidupmu kan? Jika belum, mulai dari sekarang,, karena besok sudah terlambat.

Salam finansial, semoga bermanfaat.

artikel sudah ditayangkan di detik,com.

Popular posts from this blog

NAFKAH ANAK PASCA BERCERAI, TANGGUNGJAWAB SIAPA ?

Sering sekali, pasca cerai, mantan istri banting tulang bak roller coaster demi memenuhi kebutuhan anak-anaknya. Suami? Kan kita sudah cerai, dan kamu udah nikah lagi. Pernah dengar yang begini?  Lalu, sebenarnya kewajiban siapakah?  1. Secara syariah  Setiap manusia – selain Adam, Hawa, dan Isa–, tercipta dari satu ayah dan satu ibu. Karena itu, dalam aturan agama apapun, tidak ada istilah mantan anak, atau mantan bapak, atau mantan ibu. Karena hubungan anak dan orang tua, tidak akan pernah putus, sekalipun berpisah karena perceraian atau kematian. Berbeda dengan hubungan karena pernikahan. Hubungan ini bisa dibatalkan atau dipisahkan. Baik karena keputusan hakim, perceraian, atau kematian. Di sinilah kita mengenal istilah mantan suami, atau mantan istri. Dalam islam, kewajiban memberi nafkah dibebankan kepada ayah, dan bukan ibunya. Karena kepada keluarga, wajib menanggung semua kebutuhan anggota keluarganya, istri dan anak-anaknya. Keterangan selengkapny

Wakaf, Mengapa Harus Menjadi Bagian dari Perencanaan Keuangan Muslim?

WAKAF Planning Menggunakan Produk Keuangan "Endowment". Saat ini Wakaf menjadi gerakan untuk menggalang dana beasiswa. Beberapa kampus di Indonesia, menerbitkan produk Reksadana Endowment, Deposito Endowment. Contohnya salah satu kampus di Jawa Barat & Jakarta bekerjasama dengan Manajer Investasi menerbitkan produk Reksadana Endowment, dimulai dari dana Lumpsum yang telah dimiliki, kemudian ditambah dana dari para alumni, mulai besaran 100rb, bahkan 10 ribu per penempatan. Imbal hasil atau keuntungan digunakan untuk membiayai UKT ataupun biaya hidup mahsiswa-mahasiwa yang kesulitan yang tidak tercover oleh beasiswa semacam bidikmisi dsb, sedangkan pokok, menjadi dana abadi yang semakin membesar. Bagaimana dengan Almamatermu? Sudahkah juga menerbitkan Reksadana Endowment? Dibawah adalah contoh Merencanakan Wakaf yang kita wajibkan dalam Perencanaan Keuangan seorang Muslim, dimana penyalurannya salah satunya melalui RD endowment. Mengapa Wakaf harus menjadi Bagian dari Per